New Achievement Unlocked: 40 Days Without Instagram



Selamat Paskah! :D

Di kesempatan kali ini, aku mau cerita tentang apa yang aku lakukan selama 40 hari masa prapaskah.

Kalau kita membuka Instagram, apa sih yang paling banyak kita lakukan? Mungkin ada yang membuat postingan, story, lihat-lihat story orang, kirim reply atau komentar, kepo mantan, kepo gebetan, atau lainnya. Tapi, entah cuma aku saja atau yang lain juga, yang paling menghabiskan waktu di Instagram adalah kegiatan Infinity Scrolling and Judging. Kegiatan ini dimulai dengan melihat story orang-orang, kemudian pindah ke postingan orang-orang, lalu pindah ke bagian explore, lalu scroll terus sampai puas. Tidak lupa, ketika ada sesuatu yang menyita perhatian kita di sela-sela kegiatan tersebut, kita sempatkan untuk judging, atau memberikan penilaian di dalam pikiran kita. Misalnya,

"Filternya alay"

"Dia kok hidupnya keliahatan bahagia terus ya?"

"Ini orang kerjaannya jalan-jalan terus."

"Yang ini malah isinya sambat terus."

"What the .... "

atau yang lainnya. Intinya, ketika aku melihat-lihat apa yang ada di sana, aku ngerasa kok aku jadi sering dengan gampang dan cepat memberikan penilaian, dan terkadang memikirkan hal-hal yang tidak begitu penting. Kegiatan ber-socmed yang seperti itu, sepertinya bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hariku. Kadang aku merasa kalau akhir-akhir ini kepalaku terlalu cepat memberi penilaian dan mengambil kesimpulan kepada orang lain atau ke suatu peristiwa. Padahal, sebelumnya aku termasuk orang yang suka melihat detail.

Berangkat dari masalah itu, aku memutuskan untuk puasa Instagram selama 40 hari. Aku sih yakin pasti bisa dan mudah untuk melakukannya, soalnya aku bukan orang yang sampai candu dengan Instagram. Yang aku ingin perbaiki bukan masalah candunya tapi masalah judging-nya. Aku berharap dengan tidak membuka Instagram, aku bisa melihat segala sesuatu dengan lebih menyeluruh lagi, tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Selama berpuasa Instagram, seperti yang sudah aku duga, terasa cukup mudah untuk tidak membukanya sama sekali. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan, misalkan main game, nonton film, baca buku, dan lainnya. Intinya, kegiatan tersebut bukanlah kegiatan yang menghadapkan aku kepada banyak konten dan membuat kita memberi banyak penilaian dalam waktu singkat.

Setelah 40 hari berlalu, sekarang rasanya malah sudah tidak tertarik lagi untuk berlama-lama membuka Instagram, mungkin karena sudah lupa dengan sensasinya. Lalu, apakah hal tersebut efektif untuk mengurangi kebiasan memberi penilaian dengan cepat? Aku rasa sih ada efeknya, tapi untuk mengubah kebiasaan memang tidak bisa secepat itu, butuh proses dan waktu. Yang jelas, aku belajar, ketika ada satu informasi yang masuk, jangan sampai informasi tersebut langsung aku jadikan sebagai knowledge atau pengetahuan. Penting untuk tetap berpikiran terbuka dan mau menerima berbagai informasi yang terkait, setelah dirasa cukup informasi yang didapat, barulah bisa diambil suatu kesimpulan sebagai knowledge.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Opini tentang "Attack On Titan"

Let's Start Blogging